BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Minggu, 21 Juni 2009

Matakuliah Yang Disukai

MATA KULIAH YANG SAYA SUKAI adalah MULTIMEDIA.

Kenapa saya menyukai Multimedia…?

Multimedia adalah ilmu yang mempelajari pengolahan data yang berupa teks, suara, gambar, baik statis maupun dinamis. Multimedia juga dapat didefinisikan sebagai gabungan beberapa elemen. Yakni:

1. Elemen Teks Terdiri dari huruf, nomor, dll. Aplikasi dari elemen teks adalah WORD PROCESSING. Yang meliputi, *Microsoft word, *Notepad, dan *Office org.

2. Elemen GraphicTerdiri dari objek yang berupa garis- garis, kotak, bulatan, shading, fill colours. Aplikasi dari elemen ini adalah DRAW PROGRAM. Yang meliputi, *Corel draw, *Adobe illustrator, dan * Adobe flash.

3. Elemen Image (gambar)Terdiri dari gambar statik hasil kombinasi banyak pixel. Aplikasi elemen ini adalah PAINT PROGRAM. Yang meliputi, * Adobe photoshop, * Scanner maching, dan * ms. Paint.

4. Elemen AudioTerdiri dari Sound (suara) Seperti musik player, dll. Aplikasi elemen ini adalah RECORDING, yang meliputi * cooledit pro 2.0 Dan komponen PLAYER. yang meliputi, *Winamp, * Jet audio, * Real player, dll.

5. Elemen VisualTerdiri dari susunan gambar yang digerakkan. Aplikasi dari elemen ini adalah VIDEO EDITING. Yang meliputi , * Adobe premiere, * Canopus edius, dan * Pinnacle studios. Dan ANIMASI, yang meliputi, * Adobe after effect, * Adobe potoshop, * Adobe Flash.

Senin, 18 Mei 2009

Eksistensi Suku Dayak Dalam Perkembangan Zaman

Suku dayak adalah tuan rumah di Kalimantan Tengah. Mengapa saya katakan tuan rumah? Menurut catatan sejarah diperkirakan suku dayak adalah bangsa melayu (Protomelayu) yang datang dari daerah Yunan ke Pulau Kalimantan pada masa kurang lebih 200 tahun sebelum masehi, yang kemudian kedudukannya terdesak ke daerah pedalaman dikarenakan kedatangan bangsa melayu muda (deuteromelayu) yang kebudayaannya lebih tinggi (Tjilik Riwut. 1999. Maneser Panatau Tatu Hiang). Namun karena suku dayak sudah lebih dahulu menempati dan mengolah Pulau Kalimantan maka saya tetap berpendapat bahwa suku dayaklah penduduk asli pulau ini, seperti halnya suku jawa, suku betawi dan suku sunda mengaku bahwa merekalah penduduk asli Pulau Jawa dan orang papua mengaku penduduk asli Irian.

Menyikapi kemajuan zaman yang secara langsung atau tidak langsung berimbas kepada perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, suku dayak sebagai ‘penduduk asli’ Kalimantan Tengah wajib bersiap diri dan waspada. Jangan sampai bernasib seperti suku betawi di Jakarta, suku aborigin di Australia ataupun suku indian di Amerika yang kedudukannya makin terpinggirkan baik dari segi status sosial, kedudukan di pemerintahan maupun daerah pemukimannya. Suku dayak yang sudah terbiasa dimanjakan oleh alam harus mampu dan mau mengubah pola hidup dan pola pikir yang telah terbentuk oleh alam dan budaya sejak beratus-ratus bahkan beribu-ribu tahun yang lalu. Kondisi sumberdaya alam yang melimpah ruah telah membentuk pola pikir yang kurang baik bagi eksistensi suku dayak dalam pertarungannya melawan kemajuan zaman.

Tersumbatnya kreatifitas karena tidak adanya hambatan dan kendala dalam memenuhi kebutuhan hidup telah membuat Suku Dayak sering mengambil keputusan-keputusan yang bersifat instan (hanya memikirkan apa yang dibutuhkan untuk makan hari ini, dsb.). Ingat!! Kita tidak hidup hanya untuk makan…. Mungkin beberapa orang akan berpikir bahwa anggapan saya ini salah, karena sekarang sudah banyak orang-orang dayak yang duduk di kursi pemerintahan, menjadi PNS, pengusaha sukses, dsb. Tapi ada berapa banyak orang dayak yang mampu seperti itu? Pernahkah saudara pergi ke pelosok-pelosok Kalimantan Tengah? Coba lihat berapa banyak orang dayak yang masih hidup dalam kemiskinan dan kebodohan.

Baru-baru ini muncul wacana untuk menjadikan Kalimantan Tengah sebagai ibukota negara. Saat itu pula mulai bermunculan mimpi-mimpi indah di kepala orang-orang dayak. Kita mulai berkhayal akan megahnya gedung-gedung pencakar langit, pusat-pusat perbelanjaan dan perkantoran yang kelak akan dibangun, melonjaknya harga tanah yang akan membuat semua pemilik tanah kaya mendadak, terbukanya peluang kerja, taraf hidup yang akan meningkat, dan berjuta mimpi indah lainnya. Tapi apa pernah kita berpikir bahwa seiring dengan ditunjuknya Kalimantan Tengah sebagai ibukota negara, saat itu pula Kalimantan Tengah akan dibanjiri pendatang? Pertanyaannya sekarang, apakah sumberdaya manusia dayak sanggup bersaing dengan para pendatang? Suku-suku di luar Pulau Kalimantan terutama dari Pulau Jawa telah ditempa oleh kerasnya kehidupan dan persaingan sehingga berujung pada peningkatan mentalitas dan kreatifitas mereka. Keterbatasan sumberdaya alam telah memaksa mereka untuk berpikir dan bertindak secara efektif dan efisien. Jadi berdasarkan fenomena ini, selama kita tidak mengubah sikap, perilaku serta meningkatkan tingkat pendidikan yang kita miliki, yakinlah kita akan terpinggirkan (tempun petak manana sare, tempun parei matei balau).

Untuk mengubah sikap, perilaku dan mental yang telah terbentuk sejak lama tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, diperlukan waktu yang panjang pula untuk mengubahnya. Menurut hemat saya, aspek terpenting yang dapat digunakan untuk mengubahnya adalah pendidikan. Kenapa pendidikan? Karena dengan semakin tingginya tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pula tingkat kesadarannya. Tingginya tingkat kesadaran seseorang akan membuat dia sadar akan posisinya dan tahu apa yang harus dilakukan untuk mempertahankan posisinya bahkan untuk meningkatkannya. Memang apabila berbicara tentang masalah pendidikan di Kalimantan Tengah maka akan ditemukan berbagai macam kendala yang menghambat. Kondisi Geografis Kalimantan Tengah yang luas, di mana penyebaran penduduknya masih belum merata membuat perkembangan pendidikan sangat lambat, belum lagi tingkat kesadaran suku dayak akan pentingnya arti pendidikan juga amat rendah. Para orang tua lebih suka melihat anak-anaknya bekerja sebagai penyadap getah, petani, pencari rotan yang jelas-jelas langsung menghasilkan uang dibandingkan harus bersekolah yang belum jelas akan menjadi apa kelak, harus membayar pula. Kondisi ini masih ditambah pula dengan keengganan para guru untuk mengajar di daerah terpencil dan para guru yang (terpaksa) telah mengajar di daerah terpencil (sebagian) mengajar dengan motivasi yang rendah. Rendahnya motivasi mengajar disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain; kurangnya kontrol mutu dan kinerja guru dari lembaga pendidikan di pusat dikarenakan letak daerah yang terpencil dan sukar dijangkau, fasilitas pendidikan yang kurang memadai, dan satu permasalahan klasik yaitu tingkat kesejahteraan guru yang rendah sehingga memaksa mereka untuk lebih fokus ke pekerjaan sampingannya dan mengesampingkan tugas utamanya yaitu mengajar dan mencerdaskan peserta didik.

Pertanyaannya sekarang, apakah guru yang patut kita persalahkan dalam persoalan ini? Apabila menilik kendala-kendala yang dipaparkan di atas, sebenarnya yang bertanggung jawab adalah semua pihak yang terkait, baik itu guru, pemerintah, masyarakat, maupun peserta didik itu sendiri. Maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa yang diperlukan adalah komitmen dan koordinasi yang mantap, baik dari pemerintah, masyarakat dan para pelaku pendidikan dalam usaha mencapai pendidikan yang hiraumutu (peduli mutu). Ada beberapa langkah yang dapat digunakan: Pertama meningkatkan kualitas dan profesionalitas guru karena tidak dapat disangkal bahwa gurulah aktor utama dalam dunia pendidikan. Calon guru dididik dan dilatih mengunakan media pembelajaran yang sesuai dengan keadaan dan sosial budaya di daerah-daerah terpencil, sehingga memudahkan para calon guru untuk menyesuaikan gaya hidup dan teknik mengajarnya dengan keadaan di daerah tempatnya mengajar kelak. Peningkatan kualitas SDM guru baik dari segi karakter maupun penguasaan keterampilan interpersonal (soft skills/life skills) dan ilmu pengetahuan dan teknologi (hard skills) dalam rangka peningkatan pamor guru di mata masyarakat akan meningkatkan minat belajar masyarakat pedalaman di mana guru tidak hanya akan dipandang sebagai tenaga pengajar melainkan sebagai sosok teladan yang pantas untuk digugu dan ditiru. Kedua, Dinas Pendidikan sebagai lembaga yang berwenang harus berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat di pedalaman tentang pentingnya arti pendidikan. Pemberian penyuluhan secara periodik akan sangat berguna untuk merangsang minat belajar masyarakat pedalaman. Mengadakan diklat-diklat yang relevan dengan pengembangan bakat dan potensi guru-guru dari daerah terpencil juga sangat diperlukan. Selain itu ada baiknya Dinas Pendidikan mengadakan pula monitoring dan evaluasi kinerja guru-guru yang berkedudukan di daerah-daerah terpencil sehingga kegiatan pendidikan dapat berjalan sesuai dengan standar kualitas pendidikan yang telah ditetapkan.

Akhir kata, catatan kecil ini bukan bermaksud untuk membangkitkan rasa primordialisme berlebihan yang dapat memancing isu-isu SARA, ditulis hanya untuk mencoba membangkitkan semangat orang-orang yang merasa dirinya sebagai utus Tambun Bungai agar jangan sampai tertinggal dan terpinggirkan oleh suku-suku pendatang melainkan dapat bergandengan tangan, bahu-membahu dan bersinergi dengan suku pendatang dalam usaha membangun Kalimantan Tengah yang kita cintai ini. Saya juga sangat berharap agar orang-orang suku dayak yang telah duduk di kursi pemerintahan janganlah lupa akan utusnya, setinggi apapun jabatan anda, sejauh apapun tempat anda berkedudukan, anda tetap utus Tambun Bungai yang berbudaya rumah betang, di mana tingkat solidaritas dijunjung tinggi. Jadi sudah seyogyanyalah anda turut serta mengangkat harkat dan martabat saudara-saudara anda sesama utus Tambun Bungai. Jangan hanya karena pertimbangan politis ataupun pertimbangan ekonomis membuat anda lupa atau sengaja melupakan utus anda.